Jumat, 04 September 2015

Kepentingan Diplomasi Manga Jepang Terhadap Indonesia
Oleh: Muhammad Yoga Adhi Wicaksono
Essay ini merupakan ringkasan dari Skripsi S1 Hubungan Internasional saya

Jepang merupakan suatu negara yang terletak di Asia bagian timur. Jepang merupakan negara yang kini memiliki kecanggihan teknologi dan mempunyai beragam budaya tradisional. Sampai sekarang budaya tradisional tersebut masih dilestarikan, bahkan salah satu budayanya yaitu seni Manga dijadikan alat oleh Jepang untuk berdiplomasi kepada negara negara lain.
Jepang memiliki kekhasan budaya yang berbeda dengan negara lain.  Kekhasan tersebut mempunyai penampilan dan keindahan tersendiri. Keindahan itu sebagaimana yang ada di dalam konsep tradisional Jepang, yaitu, miyabi / みやび (keanggunan halus), mono no aware / もののあわれ (kepiluan alam), wabi / わび(citra rasa tenang) dan sabi / さび(kesederhanaan anggun), yang menggambarkan hubungan antara dunia estetik dan emosi orang Jepang.[1]
Kebudayaan Jepang yang mempunyai kekhasan sekarang ini adalah merupakan hasil dari perpaduan budaya antara kebudayaan tradisional Jepang dengan kebudayaan-kebudayaan asing atau modern. Melalui perpaduan tersebut, kebudayaan-kebudayaan asing dimasukkan lalu dipadukan dengan kebudayaan Jepang sendiri.[2]
Budaya tradisional Jepang itu sendiri sangat beragam, mulai dari adat kebiasaan tata cara kehidupan masyarakat Jepang, makanan tradisional Jepang, musik musik Jepang, pakaian tradisional Jepang, dan seni lukis atau gambar tradisional Jepang. Dari sekian banyak budaya tradisional Jepang tersebut, penelitian ini akan fokus kepada salah satu budaya Jepang Manga yang sampai saat ini digunakan dan dilestarikan oleh masyarakat Jepang, bahkan pemerintah Jepang.
Seni lukis atau gambar yang merupakan budaya tradisional Jepang sering kita kenal sebagai “Manga. Manga menurut Kamus Umum Bahasa Jepang まんが(Manga) / 漫画 berarti karikatur atau gambar sindiran.[3]
Manga merupakan sebuah budaya tradisional yang dimanfaatkan oleh Jepang untuk mengenalkan budayanya. Manga sendiri merupakan sebuah alat untuk berdiplomasi di mana setiap negara dalam berdiplomasi menggunakan dua cara, yaitu hard power dan soft power. Manga merupakan bentuk soft power yang menurut Joseph Nye, “Soft power merupakan langkah yang menggunakan unsur-unsur bahasa, budaya, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi”. Dan menurut Nye, dalam menggunakan soft power, diplomasi kebudayaan didefinisikan sebagai langkah untuk pertukaran ide, informasi, seni, dan, aspek dari budaya masyarakat.[4]
Setelah bertahun-tahun berlangsung setelah akhir Perang Dunia II, Jepang mulai menstabilkan keadaan dan bersahabat kembali dengan negara lain terutama negara di regional Asia Timur. Dalam upaya melakukan kebijakan luar negeri yang baik dan efektif, pemerintah Jepang menggunakan caranya, yaitu dengan mempromosikan pemahaman tentang Jepang di kalangan masyarakat umum di luar negeri dan untuk meningkatkan citra rasa dan kesukaan terhadap Jepang. Dalam beberapa tahun terakhir khususnya, dengan latar belakang kemajuan informasi dan teknologi komunikasi serta kemajuan demokratisasi di seluruh dunia, opini publik memiliki pengaruh yang tumbuh di kebijakan luar negeri. Oleh karena itu, pengamat banyak menekankan pentingnya “diplomasi publik” langsung ke warga masyarakat dan opini publik di negara negara lain.[5]
Langkah Jepang untuk memulai hubungan baik dengan negara-negara di Asia Timur dilakukan dengan menggunakan soft diplomacy. Bentuk soft diplomacy tersebut salah satunya dengan didirikannya The Japan Foundation oleh pemerintah Jepang pada tahun 1972, dengan berbagai kantor perwakilannya di kota-kota besar dunia, salah satu di antaranya di Indonesia. The Japan Foundation (JF) merupakan sebuah lembaga pemerintah yang bergerak di bidang soft diplomacy yang berfungsi untuk membantu pemerintah Jepang dalam berdiplomasi melalui pendekatan yang lebih lunak, yaitu melalui budaya dan pendidikan.[6]
Selain melalui JF, pemerintah juga memberikan dukungan penuh terhadap lembaga-lembaga nonpemerintah yang mengusung soft diplomacy Jepang, yaitu berupa budaya (popular culture), pendidikan, teknologi, dan olahraga.
Pada tahun 1992, beberapa seniman Manga sudah melakukan kerjasama dengan lima perusahaan penerbitan Manga di Jepang yang telah menandatangani kontrak untuk sekitar 10.000 judul yang mencakup 250.000 volume.[7] Kontrak tersebut memberikan keuntungan besar bagi produsen Manga di Jepang, karena dapat menghasilkan empat miliar yen dalam penjualan lisensi dan 80 miliar yen atau setara 9,2 triliun rupiah dalam penjualan Manga di Asia Timur.[8]
Departemen Luar Negeri Jepang bertujuan memajukan pemahaman dan pengetahuan mengenai Jepang menggunakan pop culture atau budaya pop, di samping budaya tradisional dan seni sebagai alat diplomasi kebudayaan. Sebagai bagian dari upaya Kementerian Luar Negeri Jepang, pemerintah Jepang mengadakan “International MANGA Award” pada tahun 2007. The International MANGA Award didirikan pada Mei 2007 atas perintah dari Menteri Luar Negeri Mr. Taro Aso dengan tujuan memberikan dan menciptakan Manga sebagai kontribusi untuk penyebaran budaya Manga di luar negeri.
Pada tahun 2008, Taro Aso diangkat menjadi Perdana Menteri Jepang sehingga Manga mendapatkan perhatian khusus pada masa pemerintahannya. Hal ini disebabkan karena Taro Aso sangat menyukai Manga. Oleh karena itu, pada saat Taro Aso menjadi Perdana Menteri Jepang, ia mencoba menggunakan budaya Manga ini sebagai gagasan tentang comic book (Manga) diplomacy.[9]Comic book diplomacy merupakan cara diplomasi Jepang yang menggunakan komik Jepang sebagai alat diplomasinya.
Dimulai pada tahun 2008, Kementerian Luar Negeri Jepang mulai membuat program “Anime Ambassador” dengan tujuan meningkatkan kepentingan rakyat Jepang di luar negeri Jepang melalui anime. Pada Maret 2008, Menteri Luar Negeri Koumura mengangkat “Doraemon” sebagai bentuk karakter Duta Besar Anime Jepang, dan pada tahun 2009 para pemuda Jepang membuat kegiatan dalam budaya pop, yaitu di bidang fashion sebagai Trend Komunikator Jepang Pop Culture atau ("カワイイAmbassadors").[10]
Melalui wawancara penulis dengan Mr Kubo selaku Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Jepang, ia mengatakan bahwa Indonesia mempunyai potensi dan banyak masyarakat Indonesia yang menyukai Jepang. Selain itu, image Jepang di Indonesia juga bagus dan mempunyai penduduk yang banyak sehingga memungkinkan produk Jepang dapat laris di pasaran Indonesia.[11]
Dalam kaitannya dengan industri budaya Jepang, yaitu Manga di Indonesia, Indonesia merupakan negara ASEAN yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi di regional Asia Tenggara, dan mempunyai kerjasama IJEPA[12] dengan Jepang. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa Jepang ingin menarik hati masyarakat Indonesia melalui budayanya dan menjadikan partner bagi produk-produk Jepang.
Indonesia merupakan mitra dagang utama bagi Jepang. Hal ini dapat dilihat dari besarnya kuantitas perdagangan antara kedua negara. Hingga tahun 2007, Jepang masih menjadi negara tujuan ekspor nomor satu Indonesia dengan penyerapan 20% dari seluruh produk ekspor Indonesia yang diekspor ke Jepang.[13] Dari sisi Jepang, Jepang juga merupakan asal impor terbesar Indonesia dengan penyerapan sebesar 13% dari total impor Indonesia.[14]Berdasarkan data, Jepang merupakan tujuan utama dari 70% produk ekspor migas, logam, dan mineral dan 14,6% produk nonmigas selama 30 tahun terakhir.[15]
Hal-hal tersebut mencerminkan adanya berbagai mekanisme kebutuhan antara kedua negara. Agar Jepang dapat menjaga hubungan dengan Indonesia dan dapat meningkatkan pertumbuhannya dan dapat menjadi contoh role model, untuk selanjutnya perlu dijalin kerjasama bagi kepentingan bersama kedua negara. Inilah yang menjadi faktor-faktor pendukung diplomasi budaya Jepang di Indonesia, di mana budaya dijadikan alat untuk Jepang agar tercapai kebutuhan pembangunan, dan mengoptimalkan keberhasilan produk-produknya melalui budaya yang disebarkan serta terus dipromosikan di Indonesia.









DAFTAR PUSTAKA


Matsubara, Saburo, Okuda Shunsuke, dan Yasunori Nagahata. Sejarah Kebudayaan Jepang Sebuah Perspektif.Kementerian Luar Negeri Jepang, 1987.
Chandra T.Kamus Jepang  Indonesia, Indonesia Jepang. Jakarta: Evergreen Japanese Course, 2005.
Nye, Joseph S, Jr. Soft Power The Means to Success in World Politics. New York: Publik Affairs, 2004.
Yanti, Iyul.Diplomasi Jepang dengan The Japan Foundation Pada Tahun 2003-2011.Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2012).
Effendi, Tonny Dian. Diplomasi Publik Jepang Perkembangan dan Tantangan.Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Kedalaman Struktur Industri yang mempunyai Daya Saing Global, Kajian Capacity Building Industri Manufaktur Melalui Implementasi MIDEC – IJEPA. Jakarta: Kementerian Perindustrian RI, 2008.
Public Diplomacy, tanggal akses 17 April 2014, http://www.mofa.go.jp/policy/culture/public_diplomacy.html.
Cool Japan’s Economy Warms Up, tanggal akses 1 Mei 2014, https://www.jetro.go.jp/en/reports/market/pdf/2005_27_r.pdf
Pop-Culture Diplomacy, tanggal akses 17 April 2014, http://www.mofa.go.jp/policy/culture/exchange/pop/index.html.
Wawancara dengan Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Jepang Mr. Hirokazu Kubo, tanggal 27 Agustus 2014, jam 10.00-11.30, di Kedutaan Besar Jepang.




[1]Saburo Matsubara, Shunsuke Okuda, dan Yasunori Nagahata, Sejarah Kebudayaan Jepang Sebuah Perspektif, (Kementerian Luar Negeri Jepang, 1987), halaman 1.
[2]Ibid.
[3]Chandra T, Kamus Jepang  Indonesia, Indonesia Jepang, (Jakarta, Evergreen Japanese Course, 2005), halaman 54.
[4]Joseph S. Nye, Jr, Soft Power The Means to Success in World Politics, (New York, Public Affairs, 2004), halaman 6.
[5]Public Diplomacy, Ministry of Foreign Affairs of Japan 在インドネシア日本国大使館,  tanggal akses 17 April 2014, http://www.mofa.go.jp/policy/culture/public_diplomacy.html.
[6]Iyul Yanti, Diplomasi Jepang dengan The Japan Foundation Pada Tahun 2003-2011, (Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2012), halaman 8.
[7]“Cool” Japan's Economy Warms Up, JETRO Japan External Trade Organization, tanggal publikasi Maret 2005, tanggal akses 1 Mei 2014, https://www.jetro.go.jp/en/reports/market/pdf/2005_27_r.pdf.
[8]“Cool” Japan's Economy Warms Up, JETRO Japan External Trade Organization, tanggal publikasi Maret 2005, tanggal akses 1 Mei 2014, https://www.jetro.go.jp/en/reports/market/pdf/2005_27_r.pdf
[9]Tonny Dian Effendi, Diplomasi Publik Jepang Perkembangan dan Tantangan, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2011), halaman 72.
[10]Pop-Culture Diplomacy, Ministry of Foreign Affairs of Japan 在インドネシア日本国大使館, tanggal akses 17 April 2014, http://www.mofa.go.jp/policy/culture/exchange/pop/index.html.
[11] Wawancara dengan Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Jepang Mr. Hirokazu Kubo, tanggal 27 Agustus 2014, jam 10.00-11.30, di Kedutaan Besar Jepang.
[12] IJEPA (Indonesia Japan Economic Partnership Agreement) merupakan kerjasama mitra ekonomi bilateral antara Indonesia dan Jepang yang ditandatangani oleh Presiden RI dan Perdana Menteri Jepang, pada tanggal 20 Agustus 2007, tanggal akses 4 November 2014, http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=IJEPA.
[13] Kedalaman Struktur Industri yang mempunyai Daya Saing Global, Kajian Capacity Building Industri Manufaktur Melalui Implementasi MIDEC – IJEPA, (Jakarta, Kementerian Perindustrian RI, 2008), halaman 10.
[14] Kajian Capacity Building Industri Manufaktur Melalui Implementasi MIDEC – IJEPA, Kementerian Perindustrian, halaman 10.
[15] Ibid. 

Selasa, 22 Mei 2012

(cerita bahasa jepang) けんじゅつ しなん WE TEACH SWORDSMANSHIP


(えど こばなし)
(Short stories of Edo)
《けんじゅつ、おおしえ いたします》
- WE TEACH SWORDSMANSHIP -

 と、かいた かんばん かけてある、いえ ありました。
 says the sign placed in front of a house.

  さっきから、かんばん じっと みていた わかいおとこ が、つかつか なか はいっていって、
 A young man had been staring at the sign for a while and went straight in.

 「どんな りゅうぎ けんじゅつ でも けっこう ですから、わたくし に、けんじゅつ おしえて ください」
“Please teach me swordsmanship. I don’t mind which style you teach,”

 と、でしいり もうしでました。
 the young man asked.

  なか から でてきた、いえ しゅじん が、
 Then a master of the house came out.

 「さて は、おまえさま は、そと かんばん を、ごらん なられましたな?」
“You saw the sign outside, I suppose,”

 と、きく ので、
 said the master.

 「いかにも、さようで ございます」
“Yes, you are right, ” answered the young man.

 と、こたえる と、いえ しゅじん は、あたま かきかき、
 Then the master said, scratching his head,

「これ は、ないしょ だがな、あの かんばん は、じつ は、どろぼう よけ かんばん じゃ。
 “Between you and me, the sign is only meant to keep burglars away.

  ああしておけば どろぼう こわがって、こない だろ」
 The sigh would scare burglars away, you know.
おしまい
The end

(cerita bahasa jepang) ウサギとカメ The Hare and the Tortoise


カメ あし おそい のを、ウサギ バカ して わらい ました。
  A hare was making fun of the tortoise for being so slow.

 「あなた あし はやく ても、わたし ほう かち ますよ」
“I will win a race even if you can ran faster than me.”

 と、カメ いい ました。
  The tortoise said to the hare.

  すると、ウサギ は、
  Then the hare answered.

 「そんな こと いったって、くちさき だけだ。では、きょうそう しよう? そうすれば、わかる」と、いい、
“I know you are all bark and no bite. Why don’t we have a race? We will find out who is faster soon.”

 「だれ ばしょ きめて、かった もの ごほうび だす ですか?」
“Who will decide the course and who will reward the winner?”
 と、カメ いい ました。
  The tortoise asked.
 「キツネ こうへい りこう だから、あれ たのもう」
“The fox is fair and smart. Let’s ask him to act as a judge.”

 と、ウサギ いい ました。
  The hare answered.

  そこで キツネ が、きょうそう はじめる あいず しました。
  So the fox started the runners off.

  たちまち、あし はやい ウサギ カメ ひきはなし ました。
 The hare was soon far out from the tortoise.

  しかし、カメ あきらめず に、やすまず あるき つづけ ました。
  But the tortoise kept going steadily without giving up to defeat the hare.

  ウサギ あし はやい おもって あんしん している ものですから、とちゅう おおきな みつける と、その こかげ ひとやすみ しました。
 The hare was secured and careless about the race. When he found a big tree in the middle of the course, he lay down under the tree to have a break.

    それから しばらくして、ウサギ おきあがり ました。
  Meanwhile, the hare woke up.

 「あれ? すこし ねむって しまったか。・・・まあいい、どうせ カメ まだ うしろ いるはず。あぁーあ」
“Oh, I fell asleep for a while. …Well, I know the tortoise should still be behind. ”

  ウサギ おおきく のび すると、そのまま ゴール むかい ました。
 After the hare gave a big yawn and stretched himself, he started to run to the goal again.

 「よーし、もうすぐ ゴール だ・・・と、・・・あれ?」
“OK, it is almost the goal … Oh, no! No kidding! ”

  じぶん かった おもって いた のに、なんと カメ さき ゴール していた です。
 The hare believed he won the race, but the tortoise has already reached the goal.

  さいのう あって も、いいかげん やっていて だめ なる ひと たくさん います。
 Even though one is talented, lukewarm attitude ruins a man.

  また、さいのう なくても、まじめ しんぼうづよい ひと は、さいのう ある ひと かつ こと ある です。
 On the other hand, even though one is not talented, seriousness and patience may defeat the talented.

おしまい
The end